Dalam jagad raya jaringan sosial dunia maya, Facebook sepertinya saat ini masih menjadi raja, setidaknya di Indonesia. Dibandingkan dengan pesaing beratnya Twitter, ia masih menjadi pilihan favorit bagi siapa saja, terutama pelajar dan mahasiswa. Nyaris setiap hari facebook selalu saja dikunjungi dan dijadikan media komunikasi yang masif dan terbilang efektif. Namun, bagi anda yang mengamati, ternyata dosen-dosen pun tak kalah hebatnya. Mereka juga ikut meramaikan, bahkan kadang menjadi pengguna tereksis dengan status update dan upload-an fotonya. Komunikasi antar mahasiswa-dosen pun juga bisa terbantu. Misalnya: “Pak, jangan lupa ya, besok seminar hasilnya jam 10.00… Makasih Pak…”, atau *apa ya contoh lainnya…
Namun, ada satu hal yang mungkin tidak disukai oleh mahasiswa kalau mereka temenan sama Dosen di Facebook: MEREKA GAK BEBAS NGAPDET STATUS (terutama status gombal-gombalan, status brutal, status carut-marut), dan yang lebih gawat lagi MEREKA NGGAK BISA NGOMONGIN DAN NGERUMPIIN DOSEN. Ya, ngomongin tentang dosen baik secara langsung maupun tidak langsung *meskipun beresiko* agaknya menjadi tantangan tersendiri *dan mungkin menyenangkan* bagi mahasiswa. Biasanya status update tentang dosen selalu kebanjiran komentar dan kalau sampai kita terjerumus berkomentar satu kali, makasiap-siap saja kebanjiran notifikasi. Tapi, itu dulu. Sejak banyaknya dosen yang juga masuk ke dalam networknya mahasiswa, keadaan menjadi berubah.
Untungnya *untung bagi siapa…?* ada Twitter. Sepertinya, populasi dosen yang gabung di Twitter sangat sedikit atau bahkan nyaris tidak ada dibandingkan dengan mereka yang aktif di Facebook. Kondisi seperti ini tentu saja menguntungkan bagi para mahasiswa. Sehingga terciptalah suatu wadah di mana mereka bebas berkespresi tanpa merasa diawasi
Berikut adalah percakapan beberapa Tweeps tentang dosen mereka dimana saya juga terlibat
*haddeeeh… Tapi saya cuma menetralisir kok *meskipun sedikit menikmati* Ooopss…

Conversation ini bermula ketika salah seorang mahasiswa yang lagi di bandara melihat bahwa ternyata salah seorang dosennya juga ada di bandara yang sama dan mereka saling bersebelahan. Saya gak tau apakah dia menyapa sang dosen atau tidak, tapi yang jelas si mahasiswa ini langsung ngetwit sampai kemudian conversationnya berlanjut. Simak selengkapnya
(Sebagai catatan, untuk melindungi identitas para pelaku, maka redaksi terpaksa melakukan sedikit sensor terhadap bagian-bagian yang dianggap perlu. Satu warna sensoran mewakili satu orang Tweep. Trus satu lagi, BIM itu maksudnya Bandara Internasional Minangkabau)

by:icel-forumid.blogspot.com